Ngentotin Istri Tetangga Di Malam Jumat
Kisahku ini terjadi saat aku sudah beristri dan sudah memiliki anak yg berumur 2 tahun usiaku saat itu 30 tahun. Kami baru pindah ke sebuah komplek perumahan di kota S yg masih sangat baru dan penghuninya pun belum begitu banyak. malahan di gang rumahku yg terdiri dari 13 rumah,baru 2 rumah yg di tempati yaitu rumahku dan rumah Hans.Hans juga sudah beristri.. namanya Tiara.. tapi biasa dipanggil Rara. Mereka belum punya anak sekalipun sudah menikah lebih dari 2 tahun.
Rumah Hans hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Nah.. karena tdk ada tetangga yg lain.. kami jadi cepat sekali akrab.
Aku dan Hans jadi seperti sahabat lama.. kebetulan kami seumuran dan hobi kami sama.. catur.
Rara.. yg berumur 26 tahun.. juga sangat dekat dgn istriku.. Ana.
Mereka hampir tiap hari saling curhat tentang apa saja dan soal seks juga sering mereka perbincangkan.
Biasa mereka berbincang di teras depan rumahku kalau sore sambil Ana menyuapi Aria.. anak kami.
Mereka sama sekali tdk tahu kalau aku sering ‘menguping rumpian’ mereka dari kamarku.
Aku jadi banyak tahu tentang kehidupan seks Rara dan suaminya.
Intinya Rara ‘kurang happy’ soal urusan ranjang ini dgn Hans.
Bukannya Hans ada kelainan.. tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu.. sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois.
Begitu sudah ejakulasi ya sudah.. dia tdk peduli dgn istrinya lagi. Sehingga Rara sangat jarang mencapai kepuasan dgn Hans.
Sebaliknya istriku cerita ke Rara kalau dia sangat ‘happy’ dgn kehidupan seksnya.
Dan memang.. sekalipun aku bukan termasuk ‘pejantan tangguh’.. tapi aku hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istriku.
Mereka saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah.
Sering Rara secara terbuka menyatakan iri pada istriku dan hanya ditanggapi dgn tawa terkekeh-kekeh oleh Ana.
Wajah Rara cukup cantik.. sekalipun tdk secantik istriku memang.. tapi bodinya sungguh sempurna.. padat berisi.
Kulitnya yg putih juga sangat mulus. Dan dalam berpakaian Rara termasuk wanita ‘yg berani’ sekalipun masih dalam batas-batas kesopanan.
Sering aku secara tak sadar menelan ludah mengagumi tubuh Rara.. di luar tahu istriku tentu saja.
Sayg sekali tubuh yg demikian menggiurkan jarang mendapat siraman kepuasan seksual.. sering aku berpikiran kotor begitu.
Tapi semuanya masih bisa aku tangkal dgn akal sehatku.
Jum’at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Ana dan Aria tentu saja.. paginya pulang ke rumah orangtuanya di M.. karena hari Minggunya adik bungsunya menikah. Rencananya Sabtu pagi aku akan menyusul ke M.
Kesepian di rumah sendirian.. setelah mandi aku melangkahkan kaki ke rumah Hans.
Maksud hati ingin mengajak dia main catur.. seperti yg sering kami lakukan kalau tdk ada kegiatan.
Rumah Hans sepi-sepi saja. Aku hampir mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu.. karena aku pikir mereka sedang pergi.
Tapi lamat-lamat aku dengar ada suara TV. Kuketuk pintu sambil memanggil.. “Hans.. Hans..!!” Beberapa saat kemudian terdengar bunyi gerendel dan pintu terbuka.
Splass..! Aku sempat termangu sepersekian detik.
Di depanku berdiri sesosok perempuan cantik tanpa make-up dgn rambut yg masih basah tergerai sebahu.
Dia mengenakan daster batik mini warna hijau tua dgn belahan dada rendah.. tanpa lengan yg memerlihatkan pundak dan lengan yg putih dan sangat mulus.
“Eh.. Mas Firman. Masuk Mas..” Sapaan ramah Rara menyadarkan aku bahwa yg membukakan pintu adalah Rara.
Sungguh aku belum pernah melihat Rara secantik ini. Biasanya rambutnya selalu diikat dgn ikat rambut.. tak pernah dibiarkan tergerai seperti ini.
“Nnng.. Hans mana Ra..?”
“Wah, Mas Hans luar kota Mas..”
“Tumben Ra dia tugas luar kota. Kapan pulang..?”
“Iya Mas.. kebetulan ada acara promosi di Y.. jadi dia harus ikut.. sampai Minggu baru pulang. Mas Firman ada perlu ama Mas Hans..?”
“Enggak kok.. cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih.. Ana ama Aria ke M..”
“Wah kalo cuman main catur ama Rara aja Mas..”
Sebetulnya saat itu aku sudah ingin menolak dan balik kanan pulang ke rumah.
Tapi entah bisikan darimana yg membuat aku berani mengatakan.. “Emang Rara bisa catur..?”
“Eit.. jangan menghina Mas.. biar Rara cewek, belum tentu kalah lho ama Mas..” kata Rara sambil tersenyum yg menambah manis wajahnya.
“Ya bolehlah.. aku pengin menjajal Rara..” kataku dgn nada agak nakal.
Lagi-lagi Rara tersenyum menjawab godaanku.
Dia membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan aku duduk di kursi tamu.
“Sebentar ya Mas.. Rara ambil minuman. Mas susun dulu caturnya..”
Rara melenggang ke ruang tengah. Aku semakin leluasa memperhatikannya dari belakang.
Kain daster yg longgar itu ternyata tak mampu menyembunyikan lekuk tubuh Rara yg begitu padat.
Goyangan kedua puncak pantatnya yg berisi tampak jelas ketika Rara melangkah.
Mataku terus melekat sampai Rara menghilang di pintu dapur.
Buru-buru aku ambil catur dari rak pajangan dan aku susun di atas meja tamu.
Pas ketika aku selesai menyusun biji catur.. Rara melangkah sambil membawa baki yg berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemaran aku dan Hans kalau lagi main catur.
Ketika Rara membungkuk meletakkan baki di meja.. mau tak mau belahan dada dasternya terbuka dan menyingkap dua bukit payudara yg putih dan sangat padat.
Serr.. Seketika darahku berdesir kencang.. ternyata Rara tdk memakai bra..!
Tampaknya Rara tak sadar kalau sudah ‘menraktir’ aku dgn pemandangan yg menggiurkan itu. Dgn wajar dia duduk di kursi sofa di seberang meja.
“Siapa jalan duluan Mas..?”
“Rara kan putih.. ya jalan duluan dong..” kataku sambil masih berdebar-debar.
Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Ternyata memang benar.. Rara cukup menguasai permaian ini.
Beberapakali langkah Rara membuat aku harus berpikir keras. Rara pun tampakya kerepotan dgn langkah-langkahku.
Beberapakali dia tampak memutar otak. Tanpa sadar kadang-kadang dia membungkuk di atas meja yg rendah itu dgn kedua tangannya bertumpu di pinggir meja.
Posisi ini tentu saja membuat belahan dasternya terbuka lebar.. dan kedua payudaranya yg aduhai itu menjadi santapan empuk kedua mataku.
Byarrr..!! Konsentrasiku mulai buyar.
Satu-duakali dalam posisi seperti itu Rara mengerling kepadaku dan memergoki aku sedang menikmati buah dadanya.
Entah memang dia begitu tenggelam dalam berpikir atau memang sengaja.. dia sama sekali tdk mencoba menutup dasternya dgn tangannya.. seperti layaknya reaksi seorang wanita dalam kondisi ini.
Aku semakin berani menjelajah sekitar wilayah dadanya dgn sapuan pandanganku.
Aku betul-betul terpesona.. sehingga permainan caturku jadi kacau dan dgn mudah ditaklukkan oleh Rara.
“Cckk.. cckk.. cckk.. Rara memang hebat.. aku ngaku kalah deh..”
“Ah dasar Mas aja yg ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas..” jawab Rara sambil tersenyum menggoda.
“Ayo main lagi.. Rara belum puas nih..” Ada sedikit nada genit di suara Rara.
Kami main lagi.. tapi kali ini aku mencoba lebih konsentrasi.
Permainan berjalan lebih seru.. sehingga suatu saat ketika sedang berpikir.. tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yg sudah ‘mati’ ke lantai.
Dgn mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tersebut dari lantai dgn tangan kananku.
Rupa-rupanya Rara juga melakukan hal yg sama.. sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai.
Entah siapa yg memulainya.. tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing-masing.
Aku melihat ke arah Rara.. dia masih dalam posisi duduk membungkuk tapi matanya terpejam.
Jari-jari tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku.
Aku menjulurkan kepalaku dan mencium dahi Rara dgn sangat mesra.
Dia sedikit terperanjat dgn ‘langkahku’ ini.. tapi hanya sepersekian detik saja.
Matanya masih memejam dan bibirnya yg padat sedikit terbuka dan melenguh pelan.. “Ooohhh..”
Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku kulum lembut bibir Rara dgn bibirku.. dia menyambutnya dgn mengulum balik bibirku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku.
Kami saling berciuman dgn posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja.
Kulumam bibir Rara ke bibirku beubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku.
Aku pun menyambutnya dgn permainan lidahku.
Merasa tdk nyaman dalam posisi ini.. dgn sangat terpaksa aku lepaskan ciuman Rara.
Aku lantas bangkit berdiri.. berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri Rara.
Belum sedetik aku duduk Rara sudah memeluk aku dan bibirnya yg kelihatan jadi lebih sensual kembali melumat kedua bibirku.
Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yg bisa dia lakukan.
Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini ‘hot’.. bahkan dgn istriku sekalipun.
Rasanya seumur hidup kami berciuman begini.. sampai akhirnya Rara agak mengendurkan ‘serangannya’.
Kesempatan itu aku gunakan untuk mengubah arah seranganku. Aku ciumi sisi kiri leher Rara yg putih jenjang merangsang itu.
Rintih kegelian yg keluar dari mulut Rara dan aroma sabun yg harum semakin memompa semangatku.
Ciumanku aku geser ke belakang telinga Rara.. sambil sesekali menggigit lembut cuping telinganya.
Rara semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan.
“Aaaahhhh.. aaaahhhhh..” Rintihan pelan yg keluar dari mulut Rara yg terbuka lebar seakan musik nan merdu di telingaku.
Lengan kananku kemudian aku rangkulkan ke leher Rara. Tangan kananku mulai menelusup di balik dasternya dan merayap pelan.. menuju puncak buah dada Rara yg sebelah kanan.
Wow.. payudara Rara.. yg sedari tadi aku nikmati dgn sapuan mataku.. ternyata sangat padat. Bentuknya sempurna.. ukurannya cukup besar karena tanganku tak mampu mengangkup seluruhnya.
Jari-jariku mulai menari di sekitar puting susu Rara yg sudah tegak menantang.
Dgn ibu jari dan telunjukku kupelintir lembut puting yg mungil itu.
Rara kembali menggelinjang kegelian.. namun tanpa reaksi penolakan sedikitpun.
Dia menolehkan wajahnya ke kiri.. dgn mata yg masih terpejam dia melumat bibirku.
Kami kembali berciuman dgn panasnya sambil tanganku terus bergerilya di payudara kanannya.
Reaksi kenikmatan Rara dia salurkan melalui ciuman yg semakin ganas dan sesekali gigitan lembut di bibirku.
Tangan kiriku aku gerakkan ke paha kiri Rara. Srengg.. Darahku semakin mengalir deras ketika aku rasakan kelembutan kulit paha mulus Rara.
Lambat namun pasti.. usapan tanganku aku arahkan semakin ke atas mendekati pangkal pahanya.
Ketika jariku mulai menyentuh celana dalam Rara di sekitar bukit kemaluannya.. aku menghentikan gerakanku.
Tangan kiriku aku kembali turunkan.. aku usap lembut pahanya mulai dari atas lutut.
Gerakan ini aku ulang beberapakali sambil tangan kananku masih memelintir puting kanan Rara dan mulut kami masih saling berpagutan.
Ngentotin Istri Tetangga Di Malam Jumat
Ciuman Rara semakin mengganas.. pertanda dia mengharapkan lebih dari gerakan tangan kiriku.Aku pun mulai meraba bukit kemaluannya yg masih terbalut celana dalam itu.
Entah hanya perasaanku atau memang demikian.. aku rasakan denyut lembut dari alat kemaluan Rara.
Dgn jari tengah tangan kiriku.. kutekan pelan tepat di tengah bukit nan empuk itu. Jdudd..!
Denyutan itu semakin terasa. Aku juga rasakan kehangatan di sana.
“Aaahh.. Mas Firman.. aahhh.. iya.. iya..” Rara melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tangannya menyingkap daster mininya serta menurunkan celana dalamnya sampai ke lututnya.
Serta merta mataku bisa menatap leluasa kemaluan Rara.
Bukitnya menyembul indah.. bulu-bulunya cukup tebal sekalipun tdk panjang.. bergerombol hanya di bagian atas.
Di antara kedua gundukan daging mulus itu terlihat celah sempit yg kentara sekali berwarna merah kecoklatan.
Sedetik dua detik aku sempat terpana dgn pemandangan indah yg terhampar di depan mataku ini.
Kemudian jari-jari tangan kiriku mulai membelai semak-semak yg terasa sangat lembut itu.
Betul-betul lembut bulu-bulu Rara.. aku tak pernah mambaygkan ada bulu pubis selembut ini.. hampir selembut rambut bayi.
Rara mereaksi belaianku dgn menciumi leher dan telinga kananku. Kedua tangannya semakin erat memeluk tubuhku.
Tangan kananku daritadi tak berhenti meremas-remas buah dada Rara yg sangat berisi itu.
Jari-jariku mulai mengusap lembut bukit kemaluan Rara yg sangat halus dan lembut.
Perlahan aku sisipkan jari tengah kiriku di celah sempit itu. Aku rasakan sedikit lembab dan agak berlendir.
Jemari tanganku menyusup lebih dalam lagi.. sampai kutemukan klitoris Rara yg sangat mungil dgn ujung jariku.
Srett.. Dgn gerakan memutar lembut kuusap benda kecil yg nikmat itu.
“Ahhhh.. iya.. Mas.. Firman.. ahhhh.. ahhhh..” rintihnya akibat ‘ulah nakal’ jemariku di benda sensitif tubuhnya.
Jari tengahku aku tekan sedikit lebih kuat ke klitoris Rara.. sambil aku gosokkan naik-turun.
Rara meresponsnya dgn membuka lebar kedua pahanya.. namun gerakannya terhalang celana dalam yg masih bertengger di kedua lututnya.
Sejenak aku hentikan gosokan jariku.. aku gunakan tangan kiriku untuk menurunkan benda yg menghalangi gerakan Rara itu.
Rara membantu dgn mengangkat kaki kirinya.. sehingga celana dalamnya terlepas dari kaki kirinya.
Sekarang benda itu hanya menggantung di lutut kanan Rara dan gerakan Rara sudah tak terhalang lagi.
Dgn leluasa Rara membuka lebar kedua pahanya.
Dari sudut pandang yg sangat sempit aku masih bisa mengintip bibir kemaluan Rara yg begitu tebal merangsang.. hampir sama tebal dan sensualnya dgn bibir atas Rara yg masih menciumi leherku.
Jariku sekarang makin leluasa menjelajah seluruh kemaluan Rara yg sudah sangat licin berlendir.
Penuh perasaan kugosok-gosok klitoris Rara dgn lebih kuat.. sambil sesekali mengusap ujung liang kenikmatannya dan aku gesek ke atas ke arah klitorisnya.
Aku tau ini bagian yg sangat sensitif dari tubuh wanita.. tak terkecuali wanita molek yg di sampingku ini.
Rara menggelinjang semakin hebat. “Aaaaaahhhhh.. Mas.. Mas.. ahhhhh.. terus.. ahhhhh..” pintanya sambil merintih.
Intensitas gosokanku semakin aku tingkatkan. Aku mulai mengorek bagian luar lubang senggama Rara.
“Iya.. ahhh.. iya.. Mas.. Mas.. Mas Firman..” Rara sudah lupa apa yg harus dia lakukan.
Dia hanya tergolek bersandar di sofa yg empuk itu. Kepalanya terdongak ke belakang.. matanya tertutup rapat.
Mulutnya terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan.
Tangannya terkulai lemas di samping tubuhnya.. tak lagi memelukku.
Tangan kananku pun telah berhenti ‘bekerja..’ karena aku harus merangkul erat Rara agar dia tdk melorot ke bawah.
Daster Rara sudah terbuka sampai ke perutnya.. menyingkap kulit yg sangat putih mulus tak bercacat.
Sementara celana dalam Rara masih menggantung di lutut kanannya. Pahanya kini telah mengangkang maksimal.
Jariku masih menari-nari di seluruh bagian luar kemaluan perempuan cantik yg semakin aku pandang semakin indah ini.
Sengaja aku belum menyentuhi bagian dalam liang surganya tersebut.
Eksesnya.. Rara bereaksi kian ‘histeris’ .. sekarang kepalanya menggeleng-geleng kiri-kanan dgn liarnya.
Rambut basahnya yg sudah mulai kering tergerai acak-acakan.. malah menambah keayuan wajah Rara.
“Mas.. Mas.. ahhhhh.. enak.. ahhhh nggak tahaaann.. ahhhh..”
Hmm.. Rara sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahinya. Pikirku menganalisis.
Maka kemudian dgn lembut aku mulai tusukkan jari tengahku ke dalam lubang memekkunya yg kini telah sangat basah.
Kusorongkan sampai seluruh jariku tertelan liang nikmat Rara yg terasa cukup sempit menjepit jariku.
Slebb.. kutarik perlahan sambil sedikit aku bengkokkan ke atas.. sehingga ujung jariku menggesek lembut dinding atas memekku Rara.
Gerakan ini aku lakukan berulangkali.. masuk lurus keluar bengkok.. masuk lurus keluar bengkok.. begitu seterusnya.
Hingga.. tak sampai 10 kali gerakan ini.. tiba-tiba Tubuh Rara menjadi kaku..
Kedua tangannnya mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalanya semakin mendongak ke belakang. Mulutnya terbuka lebar.
Gerakanku aku percepat dan aku tekan lebih dalam lagi. “Aaahhhhh..” Rara melenguh dalam satu tarikan nafas yg panjang. Tubuhnya sedikit menggigil.
Aku bisa merasakan jari tanganku makin terjepit kontraksi otot memekku Rara.. dan bersamaan dgn itu.. Srrrr.. srrr.. srrr.. kurasakan kehangatan cairan yg menyiram jariku di lorong liang nikmatnya bersamaan dgn kedutan-kedutan dinding kemaluan perempuan cantik istri tetanggaku ini. Hehe.. Rara telah mencapai orgasmenya.
Namun demikian aku tdk menghentikan gerakan jariku.. hanya sedikit mengurangi kecepatannya.
Tubuh Rara masih menggigil dan menegang. Mulutnya terbuka tapi tak ada suara yg keluar sepatahpun.. hanya embusan nafas kuat dan pendek-pendek yg dia keluarkan lewat mulutnya.
Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat.
Selang beberapa saat kemudian tubuh Rara berangsur melemas.. aku pun memperlambat gerakan jariku sampai akhirnya dgn sangat perlahan kucabut dari liang kenikmatan Rara.
Kulihat mata Rara masih terpejam rapat.. bibirnya masih sedikit ternganga.
Dgn lembut dan pelan aku dekatkan bibirku ke mulut Rara. Kucium mesra bibirnya yg sangat sensual itu.
Rara pun menyambut dgn tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yg saling jatuh cinta.
Agak berbeda dgn ciuman yg menggelora seperti sebelumnya.
“Nikmat Ra..?” Dgn lembut aku berbisik di telinga Rara.
“Mas Firman.. ah.. Rara belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi.. sungguh Mas. Mas Firman sangat pinter.. Makasih Mas.. Ana sungguh beruntung punya suami Mas..”
“Aku yg beruntung Ra.. bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu..”
“Ah Mas Firman bisa aja.. Rara jadi malu..” ujarnya tersipu.
Seluruh kejadian tadi sekalipun terasa sangat lama.. tapi aku tahu sesungguhnya tak lebih dari 5 menit.
Oh.. ternyata Rara wanita yg cepat mencapai orgasme.. asal tahu bagaimana caranya.
Sungguh tolol dan egois Hans kalau sampai tdk bisa memuaskan istrinya ini. Pikirku dalam hati.
Rara kemudian sadar akan kondisinya saat itu.
Dasternya awut-awutan.. kemaluannya masih terbuka lebar dan celana dalamnya tersangkut di lututnya.
Dia segera duduk tegak.. menurunkan dasternya.. sehingga menutup pangkal pahanya.
Gerakan yg sia-sia sebetulnya.. karena aku sudah melihat segalanya. Akhirnya dia bangkit berdiri.
“Rara mau cuci dulu Mas..”
“Aku ikut dong RA.. ntar aku cuciin..” aku menggodanya.
“Ihhh Mas Firman genit..” Sambil berkata demikian dia menggamit tanganku dan menarikku ke kamarnya.
Aku tau ada kamar mandi kecil di sana.. sama persis seperti rumahku.
Sampai di kamar Rara aku berkata.. “Aku copot pakaianku dulu ya Ra.. biar nggak basah..”
Rara tdk berkata apa-apa.. tetapi mendekati aku dan membantu melepas kancing celanaku sementara aku melepaskan kaosku.
Aku lepaskan juga celanaku dan aku hanya memakai celana dalam saja.
Rara melirik ke arah celana dalamku.. atau lebih tepatnya ke arah benjolan berbentuk batang yg ada di balik celana dalamku.
Aku maju selangkah dan mengangkat ujung bawah daster Rara sampai ke atas dan Rara mengangkat kedua tangannya.. sehingga dasternya mudah terlepas.
Baru sekarang aku bisa melihat dgn jelas tubuh mulus Rara.
Sungguh tubuh wanita yg sempurna.. semuanya begitu indah dan proporsional.. jauh melampaui khayalanku sebelumnya.
Payudara yg dari tadi hanya aku intip dan raba sekarang terpampang dgn jelas di hadapanku. Bentuknya bundar kencang.. cukup besar.. tapi masih proporsional dgn ukuran tubuh Rara yg seksi itu.
Puting susunya sangat kecil bila dibanding ukuran bukit buah dadanya sendiri.
Warna putingnya coklat agak tua.. sungguh kontras dgn warna kulit Rara yg begitu putih.
Perut Rara sungguh kecil dan rata.. tak tampak sedikitpun timbunan lemak di sana.
Pinggulnya sungguh indah dan pantatnya sangat seksi.. padat dan sangat mulus.
Pahanya sangat mulus dan padat.. betisnya tdk terlampau besar dan pergelangan kakinya sangat kecil.
Rupa-rupa Rara sadar kalau aku sedang mengagumi tubuhnya.
Dgn agak malu-malu di berkata.. “Mas curang.. Rara udah telanjang tapi Mas belum buka celana dalamnya..”
Tanpa menunggu reaksiku.. Rara maju selangkah.. agak membungkuk dan memelorotkan celana dalamku.
Aku membantunya dgn melangkah keluar dari celanaku.
Tuink..!! Tongkat kejantananku yg sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak seperti mainan badut keluar dari kotaknya.
Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi.
Tak tahan aku hanya melihat tubuh molek Rara.. aku maju.. langsung kupeluk erat tubuh Rara.
Ughh.. Kurasakan nikmat ketika kulit tubuhku langsung bersentuhan dgn kulit halus tubuh Rara tanpa sehelai benangpun yg menghalangi.
“Kamu cantik dan seksi sekali Ra..”
“Ah Mas Firman ngeledek aja..”
“Bener kok Ra..” balasku tulus tapi modus.. hehe..
Sambil berkata demikian aku rangkul Rara lalu aku bimbing masuk ke kamar mandi.
Aku semprotkan sedikit air dgn shower ke kemauluan Rara yg masih berlendir itu.
Kemudian tangan kananku aku lumuri dgn sabun.. aku peluk Rara dari belakang dan aku sabuni seluruh kemaluan Rara dgn lembut.
Rupanya Rara suka dgn apa yg aku lakukan.. dia merapatkan punggungnya ke tubuhku.. sehingga kemaluanku menempel rapat ke pantatnya.
Dgn gerakan lambat dan teratur aku menggosok selangkangan Rara dgn sabun.
Rara mengimbanginya dgn menggerakkan pinggulnya seirama dgn gerakanku.
Gesekan tubuhku dgn kulit halus mulus Rara seakan membawaku ke puncak surga dunia.
Akhirnya selesai juga aku membantu Rara mencuci selangkangannya dan mengeringkan diri dgn handuk.
Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur.
Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan.
Aku raba seluruh permukaan tubuh mulus Rara.. betul-betul halus dan sempurna.
Rara pun beraksi mengelus batang kejantananku yg semakin menegang itu.
Aku ingin memberikan Rara kepuasan sebanyak mungkin malam ini.
Aku ingin Rara merasakan kenikmatan yg belum pernah dia rasakan sebelumnya dgn seorang pria.
Dan aku merasa sangat beruntung bisa melakukan itu.. karena dari cerita Rara ke Ana.. aku tahu tak ada pria lain yg pernah menyentuhnya kecuali Hans.. dan sekarang aku.
Tubuh telanjang Rara aku telentangkan.. kemudian aku melorot mendekati kakinya.
Aku mulai menciumi betisnya.. perlahan ke atas ke pahanya yg mulus.
Aku nikmati betul setiap inci kulit paha mulus dan halusnya dgn sapuan bibir dan lidahku.
Akhirnya mulutku mulai mendekati pangkal pahanya. “Ahhhhh Mas Firman.. ah.. jangan.. nanti Rara nggak tahan lagi.. ahh..”
Sekalipun mulutnya berkata ‘jangan’ namun Rara justru membuka kedua pahanya semakin lebar.. seakan menyambut baik serangan mulutku itu.
“Nikmati saja Ra.. aku akan memberikan apa yg tdk pernah diberikan Hans padamu..”
Aku meneruskan jilatan dan ciumanku ke daerah selangkangan Rara yg sudah menganga lebar.
Aku lihat jelas bibir memekkunya yg begitu tebal dan sensual. Perlahan aku katupkan kedua bibirku ke bibir bawah Rara.
Sambil ‘berciuman’ aku julurkan lidahku mengorek ujung liang senggama Rara yg merangsang dan wangi itu.
“Ahhhh.. Mas Firman.. aaaaahhh.. please.. please..” Begitu mudahnya kata-kata Rara berubah dari ‘jangan’ menjadi ‘please..’
Bibirku aku geser sedikit ke atas.. sehingga menyentuh klitorisnya yg berwarna pink itu. Perlahan aku julurkan lidahku dan aku menjilatinya berkali-kali.
Sekarang Rara bereaksi tepat seperti yg aku duga. Dia membuka selangkangannya semakin lebar dan menekuk lututnya serta mengangkat pantatnya.
Aku segera memegang pantatnya sambil meremas-remasnya. Lidahku semakin leluasa menari di klitoris Rara.
“Aaaaaahhhhhh.. enak Mas.. enak.. ahhhh.. iya.. ahhhh ahhhhh..” Hanya itu yg keluar dari mulut Rara menggambarkan apa yg sedang dia rasakan saat ini.
Aku semakin meningkatkan kegiatan mulutku.. aku katupkan kedua bibirku ke klitoris Rara yg begitu mungil..
Kusedot lambat-lambat benda sebesar kacang hijau itu dgn cerucupan keras.
“Maaaaasss.. nggak tahaaaan.. ahhhhh.. Maassss..”
Dari pengalamanku tadi memasturbasi Rara dgn jari.. aku tahu pertahanan Rara tinggal setipis kertas. Lalu aku ubah taktikku. Aku lepaskan tangan kananku dari pantat Rara.. kemudian jari tengahku kembali beraksi menggosok klitorisnya.
Lidahku aku julurkan mengorek seluruh lubang kenikmatan Rara sejauh yg aku bisa. Dan ternyata.. sungguh luar biasa respon Rara.
Tubuhnya menegang.. membuat pantat dan selangkangannya semakin terangkat.. kedua tangannya mencengkeram kain sprei.
“Aaaahhhhh.. maaaassss..” erangnya lepas.. bersama dorongan pinggulnya ke atas.. Srrr.. srrr.. srrrr..!
Bersamaan dgn erangan Rara aku rasakan ada cairan hangat dan agak asin yg keluar dari liang memekkunya dan langsung membasahi lidahku.
Kujulurkan lidahku semakin dalam dan semakin banyak cairan yg bisa aku rasakan.
Tiba-tiba Rara ‘memberontak..’ segera menarikku untuk mendekatinya. Tangan kananku dia pegang dan sentuhkan ke kemaluannya.
Sambil matanya masih terpejam.. dia memelukku dan langsung mencium bibirku yg masih berlepotan dgn lendir kenikmatannya.
Aku tahu apa yg dia mau. Kubiarkan bibir dan lidahnya menari di mulutku menyapu semua sisa lendir yg ada di sana.
Jari tanganku kembali kubenamkan ke liang memekkunya dan aku gerakkan masuk-keluar dgn cepat.
Tubuh Rara kembali menggigil.. memekkunya mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmenya barusan.
Kami masih berciuman sampai tubuh Rara mulai melemas. Perlahan kuangkat tangan kananku dari selangkangannya.. kupeluk dia dgn lembut. Bibirku perlahan aku lepaskan dari cengkeraman mulut Rara.
Tubuh Rara tergolek lemas.. seakan tanpa tulang. Matanya sedikit terbuka menatap mesra ke arahku.
Bibirnya sedikit menyungging senyum penuh kepuasan.
“Mas.. itu tadi luar biasa Mas.. Rara belum pernah digituin.. Mas Firman hebat.. makasih Mas.. Rara hutang banyak ama Mas Firman..” ujarnya dgn suara sedikit serak namun penuh kepuasan.
“Ra.. aku juga sangat senang kok bisa membuat Rara puas seperti itu..”
Sambil aku kecup lembut keningnya. Mata Rara berbinar penuh rasa terimakasih. Aku merasakan kenikmatan bathin yg luar biasa saat itu.
Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. Kemaluanku masih tegang berdiri.. tapi aku tdk hiraukan karena nanti pasti akan dapat giliran juga.
Selang beberapa saat Rara bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini kubiarkan dia membersihkan dirinya sendiri.
Aku tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yg baru kualami barusan tadi.
Tak berapa lama Rara sudah kembali dan dia langsung berbaring di sampingku.
Matanya menatap lekat ke kemaluanku seakan dia baru sadar ada benda itu di sana.
“Mas Firman pengin diapain..?” Rara bertanya manja.
“Terserah kamu Ra.. biasanya ama Hans gimana dong..?” Aku coba memancingnya.
“Biasa.. ya langsung dimasukin aja Mas. Rara jarang puas ama dia..” ungkapnya tanpa tedeng aling-aling lagi.
“Oh.. terus Rara penginnya gimana..?”
“Ya.. kayak ama Mas Firman tadi.. Rara puas banget.. Rara pengin cium punya Mas Firman boleh nggak..?”
“Emang Rara belum pernah..?”
“Belum Mas..” agak jengah dia menjawab.. “Mas Hans nggak pernah mau..”
“Ya silakan kalau Rara mau..” ujarku lagi.
Tanpa menunggu komando Rara segera merangkak mengarahkan kepalanya mendekati selangkanganku.
Dia pegang batang kemaluanku.. dia mengamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok. Sangat kaku dan canggung memang kurasa.
“Ayo Ra.. aku nggak apa-apa kok. Kalau Rara suka.. lakuin apa yg Rara mau..”
Dgn penuh keraguan Rara mendekatkan mulutnya ke kepala kemaluanku. Pelan-pelan dia buka bibirnya dan memasukkan helm kemaluanku ke dalam mulutnya.
Hanya sampai sebatas leher kemudian dia sedot perlahan.
Dia tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Tentu saja aku tdk bisa merasakan sensasi yg seharusnya.
Rupanya dia benar-benar belum pernah melakukan oral ke penis lelaki.
Maka dgn lembut aku pegang tangan kiri Rara. Aku genggam jemarinya yg lentik dan aku tarik mendekat ke mulutku.
Aku pegang telunjuknya kemudian aku masukkan ke dalam mulutku.
Aku gerakkan masuk-keluar dgn lambat.. sambil sesekali aku jilat dgn lidahku saat jari lentiknya masih dalam mulutku.
Rara segera paham bahwa aku sedang ‘memberi bimbingan’ bagaimana seharusnya yg dia lakukan. Tanpa ragu dia mempraktikkan apa yg taku kulakukan pada jarinya.
Batang kemaluanku dimasukkan ke dalam mulutnya.. kemudian kepalanya diangguk-anggukkan.. sehingga senjataku tergesek keluar-masuk mulutnya yg sensual itu.
Sekalipun masih agak canggung tapi aku mulai bisa merasakan ‘pelayanan’ yg diberikan Rara kepadaku.
Semakin lama dia semakin tenang dan tdk kaku lagi. Kadang dia mainkan lidahnya di sekeliling kepala kemaluanku dalam mulutnya.
Wow.. dalam sekejap Rara sudah mulai ahli dalam oral sex.
Sepertinya Rara sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yg dia lakukan dgn mulut dan lidahnya.
Ngentotin Istri Tetangga Di Malam Jumat
Dia mulai berani bereksperiman. Kadang dia keluarkan kemaluanku dari mulutnya.. menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali.Sesekali dia hanya mengisap kepalanya sambil mengocok batang kemaluanku. Aku mulai merasakan rangsangan dan ikut menikmati permainan mulut Rara.
“Gimana Ra rasanya..?”
“Mas.. Rara merasakan rangsangan yg luar biasa.. Penisnya Mas enak.. Rara suka..”
Aku bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Rara pun spertinya langsung tahu harus bagaimana.
Dia lantas duduk bersimpuh di hadapanku dan kembali mengisap kemaluanku. Kepalanya tetap digerakkan maju-mundur.
Dan sekarang dia menemukan cara baru. Dia menjepit batang kemaluanku di antara kedua bibirnya yg terkatup.
Kemudian dia mengangguk-anggukkan kepalanya. Wow.. sungguh Rara cepat belajar dalam hal beginian.
Batang dan kepala kemaluanku dia gesek dgn bibir tebalnya yg terkatup.
Aku membantu dia dgn menggerakkan pantatku maju-mundur. “Ohhh Ra.. mulutmu enak sekali.. terus Ra..”
“Mas Firman suka..? Ana sering ya giniin Mas Firman..?”
“Iya Ra.. tapi aku lebih suka kamu.. bibirmu seksi sekali.. ooohhh Ra.. Ana juga suka.. isep bolaku dan jilati semuanya Ra.. ohhh..”
Rara rupanya nggak mau kalah.. dia segera melepaskan batang kemaluanku dari mulutnya dan mulai menjilati dan mengisap bola kembarku.
Tangannya sambil mengocok batang kelakianku. Oh sungguh nikmat. Aku belai rambut Rara dan aku usap kepalanya.
Rara suka sekali dan dia masih terus menggeraygi seluruh selangkanganku dgn lidahnya. Brrr..! Rasanya sungguh nikmat.
Kemudian kami berganti posisi. Aku kembali berbaring telentang.. dan Rara aku minta merangkak di atasku dgn posisi kepala terbalik. Kami di posisi 69 dan ini adalah salah satu favoritku.
Rara sekarang sudah cukup mahir dalam oral sex. Dia segera mengulum batang kemaluanku.. aku pun mulai menjilati memekkunya.
Dgn posisi ini liang kenikmatan Rara sangat terbuka di hadapanku dan aku lebih leluasa menikmati dgn bibir dan lidahku.
Aku jilat dan isap klitoris Rara yg sudah menantang dan jariku mengorek liang senggamanya.
Sesekali aku ciumi bibir memekkunya yg begitu merangsang.
Rara pun tak mau kalah.. dia melakukan segala cara yg dia tau terhadap tongkat kejantananku.
Dia mainkan pakai lidah.. dia kocok sambil dia isap.. dia mainkan kepala kemaluanku mengitari kedua bibirnya. Sungguh nikmat sekali.
Tak terlalu lama aku mulai merasakan bahwa Rara sudah tdk bisa menahan lagi.
Pantatnya mulai bergoyang limbung kegelian.. namun aku menjilati terus klitorisnya sambil jariku menusuk-nusuk liang kenikmatannya.
Hingga beberapa saat berselang akhirnya Rara sampai juga di puncak nikmatnya.. lagi..!
Tubuhnya menegang.. gerakan anggukan kepalanya sambil mengisap kemaluanku semakin menggila.
Kurasakan tubuhnya yg gemetaran.. tapi dia tetap tak rela melepas kemaluanku dari mulutnya.
Aku semakin giat mencium klitorisnya dan mengorek memekkunya dgn jariku.
Tubuh Rara tiba-tiba mematung dan kurasakan cairan hangat meleleh keluar dari liang senggamanya.
Aku langsung menutup lubang memekku Rara dgn mulutku dan membiarkan cairan kenikmatannya membasahi lidahku.
Rasanya asin.. tapi sama sekali tdk amis.. sehingga aku tak ragu menelan cairan itu sampai tandas.
Kemudian perlahan aku mulai lagi menciumi dan menjilati seluruh permukaan memekku Rara. Otot Rara sudah agak mengendur juga.
Dia mulai lagi melakukan segala eksperimen dgn mulut dan lidahnya ke kemaluanku.
Kami mulai lagi dari awal. Perlahan namun pasti.. Rara mulai mendaki lagi puncak kenikmatan birahinya.
Aku tangkupkan kedua tanganku ke bukit pantat Rara dan mulai membelai dan meremas lembut.
Rara menanggapinya dgn sedotan panjang di kemaluanku. Lidahku kembali menelusuri segala penjuru selangkangan Rara.
Beberapa saat kemudian aku mulai merasakan tubuh Rara kembali gemetaran.
Aku cium bibir bawahnya dan aku sorongkan lidahku sedalam mungkin ke dalam guanya yg merangsang.
Aku juga mulai merasa kalau pertahananku mulai goyah dan bendunganku akan segera ambrol.
Rara mempercepat gerakan kepalanya dan akupun mengisap makin kuat memekkunya.
Aku sudah tak kuat menahan ‘amarah’ spermaku dan.. Crotts.. crotts.. crotts..! Lahar hangat spermaku menyembur di dalam mulut Rara.
Untuk sedetik Rara agak kaget tapi dia cepat tanggap. Dia segera mempercepat gerakan kepalanya sambil menelan seluruh air maniku.
Crotts.. crotts..! Sisa maniku kembali menyembur dan kali ini Rara menyambutnya dgn isapan kuat di kemaluanku.. seakan ingin menyedot apa yg masih tersisa di dalam sana.
Erghhh.. Akhh..! Kurasakan nikmat yg luar biasa.
Ekspresi kenikmatan ini aku lampiaskan dgn semakin gila menjilati dan menyedot memekku Rara.
Rupanya Rara juga sudah hampir mencapai klimaksnya. Belaian lidahku di mulut memekkunya membuat puncak itu semakin cepat tercapai.
Akhirnya sekali lagi tubuh Rara menegang dan cairan hangat kembali meleleh dari kawahnya.
Lidahku kembali menerima siraman lendir kenikmatan itu yg segera aku telan.
Beberapa saat kemudian.. dgn enggan Rara bangkit dan berbaring telentang di sampingku.
Kemaluanku.. walaupun masih berdiri.. tapi sudah tdk setegak tadi. Rara memelukku dgn manja dan kami berciuman dgn mesra.
“Gimana, Ra..? Puas..? Sorry ya.. tadi aku nggak tahan keluar di mulut kamu..” bisikku mesra di telinganya.
“Rara puas sekali Mas.. sampai duakali gitu lho.. Rara suka sperma Mas Firman.. asin-asin gimana gitu. Kapan-kapan boleh minta lagi dong Mas..” Rara mulai keluar kenesnya.
“Boleh aja Ra.. asal disisain buat Ana.. hehehe..” balasku sembari mengelus payudara sekalnya.
Rara mencubit genit lenganku. “Iihhh.. Mas Firman.. paling bisa deh.. emang Mas sering gaya gituan dgn Ana..?”
Aku tahu Ana juga sering bercerita soal kegiatan seks kami ke Rara.. jadi aku yakin Rara sudah tahu juga.
“Enggaklah.. ini baru pertama dgn kamu Ra..”
“Ah Mas bohong.. Ana kan sering cerita ke Rara.. katanya Mas Firman pinter ngeseks. Makanya diam-diam Rara pengin main ama Mas..”
“Udah kesampaian kan keinginanmu Ra..”
“Iya sih.. tapi Mas jangan marah ya.. Rara sering baygin kita main bertiga dgn Ana.. Mas mau nggak..?”
Kaget juga kau mendengar keinginan Rara ini. Jujur saja aku juga sering berfantasi membayangkan alangkah nikmatnya bercinta dgn Ana dan Rara sekaligus.
Tapi tentu saja aku tak pernah berani ngomong dgn Ana. Bisa pecah Perang Dunia III.. lagipula itu kan hanya fantasi liar saja.
“Mau sih Ra.. tapi kan nggak mungkin.. Ana pasti marah besar..”
“Iya ya.. Ana kan orangnya agak alim..”
Beberapa saat kami terus berbincang hal-hal demikian sampai kira-kira 10 menit.
Hingga beberapa saat kemudian dgn malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami.
Aku jadi semakin mengagumi tubuh Rara. Tak ada segumpal lemakpun di tubuhnya dan semuanya padat berisi.
Setelah mengeringkan diri kami kembali ke atas ranjang dan berpelukan mesra.
Sambil saling berciuman aku mulai menggeraygi tubuh molek Rara..
Tak bosan-bosannya aku meremas dan mengusap buah dadanya yg sangat segar itu.
Perlahan aku mulai menghujani leher dan pundak Rara dgn ciumanku. Tak sampai di situ saja.. mulutku mulai aku arahkan ke dada Rara.
Buah dadanya yg tegak mulai aku cium dan aku gigit-gigit lembut.
Rara sangat menyukai apa yg aku lakukan. “Ahhhh.. iya Mas.. di situ Mas.. ahhhhh Rara terangsang Mas..”
Lidahku menjilati puting susunya yg mungil dan keras itu.
Rara semakin menggelinjang. Tangannya menyusup ke bawah ke selangkanganku. Dipegangnya batang kemaluanku yg masih agak lemas.
Dia permainkan kemaluanku dgn jari-jarinya yg lentik. Mau tak mau burungku mulai hidup kembali. Rara dgn lembut mengocok tongkat kelelakianku penuh perasaan.
Sambil masih mengulum putingnya.. tangan kananku kembali bergerilya di daerah kemaluan Rara.
Jariku aku rapatkan dan aku tekan bukit kemaluan Rara sembari aku gerakkan memutar.
Dia juga menimpali dgn menggoyangkan pantatnya dgn gerakan memutar yg seirama.
“Mas.. aaahhhh Mas.. enak Mas.. ahhh terus.. iya..” Sambil mendesah dia menarik pantatku mendekat ke kepalanya.
Akhirnya aku terpaksa melepaskan isapanku di putingnya dan duduk berlutut di sisinya.
Rara terus menekan pantatku sampai akhirnya mulutnya mencapai batang kemaluanku yg sudah tegak menantang.
Tangan kiriku aku tempatkan di belakang kepalanya untuk menyangga kepalanya yg agak terangkat. Kemaluanku kembali dia kulum dan jilati.
“Oooh Ra.. enak Ra.. aku suka Ra..” Aku pun menggerakkan pantatku maju-mundur.
Rara membuka lebar mulutnya dan menjulurkan lidahnya.. sehingga batang kemaluanku meluncur masuk keluar mulutnya tergesek-gesek lidahnya.
Sungguh luar biasa apa yg aku rasakan saat itu.
Sementara itu tangan kananku terus menekan dan memutar bukit memekku Rara.
Kadang jariku aku selipkan ke celah sempit di antara kedua bukit itu dan mengusap klitoris Rara.
“Ahhh Mas.. Rara nggak tahan Mas.. ahhhhh.. iya.. aaahhhh..”
Aku segera mengubah posisi. Kedua tangan Rara aku letakkan di belakang lututnya dan membuka kedua lututnya.
Kuangkat pahanya.. sehingga liang memekkunya menganga menghadap ke atas. Rara menahan dgn kedua tangan di belakang lututnya.
Aku duduk bersimpuh di hadapan lubang kemaluan Rara. Kemaluanku aku arahkan ke lubang yg sudah menganga itu.
Clebb..! Kutusukkan kepala kemaluanku ke mulut lubang dan aku tahan di sana.
Kemudian.. srtt.. srtt.. dgn tangan kananku aku gerakkan kemaluanku memutari mulut liang senggama Rara.
“Maassss.. ahhhhh.. nggak tahan.. ayo.. ahhhhhh..” rintihnya erotis..
Sengaja aku tdk mau terlalu cepat menusukkan batang kejantananku ke gua kenikmatan Rara.
Perlahan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke klitoris Rara. Akibatnya dia semakin menggelinjang menahan nikmat.
Tak lama.. akhirnya.. srrr.. srrr.. srrr.. tanggul Rara bobol juga. Tak heran.. dgn gosokan jari saja dia tadi bisa mencapai orgasme.. apalagi ini dgn kepala kemaluanku.. tentu rangsangannya lebih dahsyat.
“Aaahhh.. ahhhh.. Masss..” Rintihan itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari liang memekkunya.
Rara kembali mengalami puncak orgasme hanya dgn gosokan di klitorisnya.
Blessepp..! Kali ini aku masukkan batang kemaluanku seluruhnya ke dalam gua kenikmatannya.
Lantas aku berbaring telungkup di atas tubuh molek Rara sambil menumpukan berat badanku di kedua sikuku.
Kucium lembut mulutnya yg masih terbuka sedikit. Rara membalas ciumanku dan mengulum bibirku.
Aku biarkan senjataku terbenam dalam lendir kehangatannya.
Di telinganya aku bisikkan.. “Ra.. nikmat ya..”
“Oh Mas.. Rara sampai nggak tahan.. nikmat Mas..” sahutnya mendesiskan nikmat.
Selanjutnya dgn perlahan dan gerakan yg sangat lembut aku mulai memompa batang kemaluanku ke dalam liang senggama Rara yg kini sudah basah kuyup.
Aku tahu Rara pasti bisa orgasme lagi.. dan kali ini aku ingin merasakan semburan lumpur panas di batang kemaluanku.
“Ayo Ra.. nikmati lagi.. jangan ditahan.. aku akan pelan-pelan..” bisikku mesra.. memancing gairahnya kembali bangkit.
“Ahhhh.. iya Mas.. Rara pengin lagi.. ahhhhh..” balasnya disertai lenguhan dan erangan nikmat.
Masih dgn sangat pelan aku pompa terus tongkat kelakianku ke liang memekku Rara yg ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yg sudah menikah 2 tahun.
Buah dada Rara yg menyembul tegak menggesek-gesek dadaku ketika aku turun-naik. Sungguh sensasi yg luar biasa. Sengaja aku gesekkan dadaku ke payudaranya.
“Aahh.. aahh.. aahhh.. ahhhhhhh.. iya.. ahhhhh.. Rara terangsang lagi Mas.. iyahh.. hhh..”
Kali ini aku pompa sedikit lebih kuat dan cepat. Rara menanggapinya dgn memutar pantatnya.. sehingga kemaluanku rasanya seperti diperas-peras dalam liang memekkunya.
Gerakan Rara semakin liar.. Tangannya sudah tdk lagi menahan lutut tapi memegang pantatku dan menekannya dgn keras ke tubuhnya.
“Aaaaahhhhhh.. Mas.. aaaahhhhhhh..!”
Maka semakin kencang dan dalam kupompa pantatku menggasak.. menggesekkan batang kemaluanku di liang nikmat perempuan cantik yg tengah megap-megap di bawah tindihan tubuhku ini.
Terlihat mata Rara sudah terpejam rapat.. kepalanya menggeleng-geleng liar ke kiri ke kanan.. seperti yg dia lakukan di sofa tadi.
Gerakannya semakin ganas dan.. “Aahhhh..!!” Dia melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhnya.
Lalu.. Jleghh..!! Kutekan sedalam-dalamnya kemaluanku ke lubang senggamanya.
Serr.. serr.. serr..! Jelas kurasakan aliran hangat di sekujur batang kemaluanku.
Tubuh Rara masih terbujur kaku di bawah tindihanku. Kuhentikan sejenak seluruh gerakanku sambil terus menekan liang memekkunya dgn kemaluanku.
Beberapa saat sepertinya waktu terhenti. Tdk ada suara.. tdk ada gerakan dari kami berdua.
Aku memberi kesempatan kepada Rara untuk menikmati klimaks yg barusan dia dapatkan.
Beberapa saat berselang ketegangan tubuh Rara mulai mengendur.
Tangannya membelai lembut kepalaku. Bibirnya mencari bibirku untuk dihadiahi ciuman yg sangat lembut dan panjang.
“Mas.. Rara sungguh nikmat.. Mas Firman jago deh.. Mas belum keluar ya..?” Tanyanya serupa bisikan.
“Jangan pikirkan aku Ra.. yg penting Rara bisa menikmati kepuasan..” balasku pula.
Setelah kurasa ketegangan tubuhnya telah mengendur.. kemudian dgn lambat aku mulai memompa kemaluanku di liang memekkunya lagi.
Auhhh.. Betapa kurasakan liang senggama Rara terasa sangat licin dan agak sedikit longgar.
Selama beberapa saat aku terus memompa lambat-lambat.. lalu semakin kutambah.. kecepatan sedang..
“Aaaahhhhhh.. iya.. iya.. Mas.. Rara mau lagi.. iya.. ahhhh..”
Rara kembali memutar pantatnya mengiringi irama pompaanku. Dia mulai mendesah-desah penuh kenikmatan.
Plopp..! Kucabut batang kemaluanku dari memekku Rara. Lantas aku berbaring telentang di sebelahnya.
“Kamu di atas Ra..” ujarku memberi arahan. Rara segera berjongkok di atas selangkanganku..
Aku arahkan kepala kemaluanku ke lubangnya. Rara kemudian duduk di atas tubuhku dan bertumpu pada kedua lututnya.
Slebb.. Jlebb..! “Nghhh.. masshhh..” rintihnya penuh nikmat ketika batang kemaluanku kembali menelusup.. membelah bibir kemaluannya.
Tak lama kemudian pantatnya mulai bergerak maju-mundur.
“Ayo Ra.. kamu sekarang yg atur.. ohhh iya nikmat Ra..” erangku tak kalah nikmat akibat gesekan padat batang kemaluanku di belahan memekkunya.
Rara semakin bersemangat memaju-mundurkan pantatnya. Kedua payudaranya berguncang indah di hadapanku.
Secara refleks kedua tanganku meremas bukit daging yg mulus itu.
Tangan Rara dia letakkan di belakang pantatnya.. sehingga tubuhnya agak meliuk ke belakang membuat dadanya semakin membusung.
“Ohhh Ra.. susumu seksi sekali.. terus Ra.. ohhhh.. lebih keras Ra..” kataku memberi semangat.
“Aaaaahhhh Mas.. Rara sudah mau sampai lagi.. ahhhhh ahhhhhh Mas..” balasnya kian ramai.
“Ayo Ra.. terus Ra.. cepat.. ohhhhh iya.. iya Ra.. memekmu enak sekali..”
“Mas.. ahhhh.. Rara nggak tahan.. puasi Rara lagi mas.. ahhhh..”
Gerakan pantat Rara semakin cepat dan semakin cepat. Sementara itu aku pun merasa nikmat ketika kemaluanku tergesek-gesek dinding memekku Rara yg sempit dan licin itu.
Dgn sekuat tenaga aku mencoba menahan agar aku tdk ejakulasi. Pertahananku semakin rapuh.
“Ra.. oooohhhh Ra.. aku nggak tahan.. ohhh Ra.. enak.. enak..”
“Ahhhh.. ayo.. Mas.. Rara juga udah nggak tahan.. sekarang mas.. ahhh sekarang..!”
Tepat pada detik itu bendunganku ambrol.. tak mampu menahan terjangan spermaku yg menyemprot kuat.
“Oooooooohhhhhhh Ra..!” Crotts.. crotts crotts..!
Pejuhku muncrat di dalam liang nikmatnya yg juga tengah berdenyut-denyut.. seolah ingin menyedot cairah hangat yg membanjirinya.
“Aaahhhhhh Mas.. ahhhhhhhhhhh..!!” Pekiknya melepas nikmat entah untuk keberapakalinya malam ini.
Oughh.. Kami mencapai puncak kenikmatan bersama-sama.
Kemaluanku yg terbenam di liang memekkunya terasa hangat .. dan aku yakin Rara juga merasakan hal yg sama di dalam memekkunya.
Rara masih duduk di atas tubuhku.. tapi sudah badannya terkaku.. tak bergerak.
Memekkunya dia hujamkan terhenyak dalam.. melahap seluruh batang kemaluanku di kerapatannya.
“Oooohhh Ra.. nikmat sekali.. makasih Ra.. kamu pinter membuat aku puas..” ujarku memujinya.
Kugapai tubuh Rara dan kutarik menelungkup di atas tubuhku. Buah dadanya yg masih keras menghimpit dadaku.
Aku ciumin seluruh wajahnya yg mulai ditetesi keringat.
“Mas.. ahhhhh.. Rara sungguh puas Mas..” balasnya serupa erangan dan bisikan mesra.
Kemudian kami berbaring sambil berpelukan. Tubuh kami mulai terasa penat.. tapi bathin kami sangat puas.
Hari sudah beranjak malam. Diselingi makan malam berdua.. kami memadu kasih beberapakali lagi.
Atau lebih tepatnya Rara mengalami orgasme beberapakali lagi.. sedangkan aku hanya sekali lagi ejakulasi..
Segala gaya kami coba.. bahkan aku sempat ‘membimbing’ Rara untuk memuaskan dirinya sendiri dgn jari-jarinya yg lentik itu.
Aku betul-betul puas dan senang bisa membuat wanita secantik Rara bisa mencapai sekiankali orgasme.
Tak terasa jarum jam terus bergeser dan jam setengah sebelas malam aku meninggalkan rumah Rara.
Sebetulnya Rara meminta aku bisa bermalam menemani dia.. tetapi aku ingat keesokan harinya aku masih harus menyetir lebih dari 4 jam ke kota M menyusul istri dan anakku tercinta
Maaf Ana.. aku telah mereguk madu kepuasan bersama sahabatmu.. Tiara.
KiosCasino - Agen Judi Live Casino Sportsbook Indonesia Terbesar Terpercaya
KiosCasino Merupakan Agen Judi Live Casino dan Judi Bola Terbesar, Terpercaya dan Terbaik di Indonesia. Pelayanan Yang Profesional
KiosCasino Merupakan Agen Judi Live Casino dan Judi Bola Terbesar, Terpercaya dan Terbaik di Indonesia. Pelayanan Yang Profesional
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.