www.Kioscasino.org

Kamis, 30 Mei 2019

Kontol Ku Ngaceng Emut Tante Mila

Penuh Basah

Kontol Ku Ngaceng Emut Tante Mila

Kisah cerita ini kualami baru 2 bulan yang lalu, dan ini merupakan pertama aku melakukan hubungan badan dengan seorang wanita. Tepatnya dengan seorang tante, panggil saja namanya tante Mitha, dia seorang janda yang ditinggal mati suaminya sekitar 4 tahun yang lalu, umur tante Mitha sekarang 31 tahun, mempunyai seorang anak yang masi kecil.

Dia sebenarnya sering sekali datang ke Jakarta, dan memang mempunyai sebuah rumah disini, serta mempunyai seorang anak angkat yang juga merupakan anak dari kakaknya.

Namanya abdi, dia juga sedang kuliah dan tinggal di kos yang sama denganku, tapi dia lebi muda dariku 2 tahun. Kami lumayan akrab, sehingga kami sering keluar atau pergi jalan bersama. Gambar foto tante bercinta dengan brondong, tante bugil, tante berbikini, tante telanjang cari disini



Perkenalanku dengan tante Mitha, adalah ketika kunjungannya ke Jakarta, karena sebenarnya dia berasal dari Kalimantan. Pada waktu itu, aku diajak makan siang bersama oleh abdi, dan katanya ada tantenya yang datang ke Jakarta bersama anaknya.

Abdi berjanji untuk bertemu tantenya di sebuah mall yang cukup terkenal di Jakarta. Setelah menunggu selama hampir setengah jam, akhirnya kami bertemu dengan tantenya.

Penuh Basah

Pertama kali melihat tantenya, pandanganku seperti tidak bisa ketempat lain lagi. Aku begitu terpesona melihat penampilannya, begitu rapi, cantik dan seksi. Mukanya yang putih dan mulus, rambutnya yang panjang terurai, membuatnya terlihat begitu merangsang, serta tubuhnya yang langsing, pinggang yang ramping, dan

ukuran tubuh yang tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 160 cm. Dadanya yang montok, besar dan kencang, mungkin sekitar 34D, ditambah lagi dengan memakai kemeja putih ketat dengan kancing bagian atas yg dibuka, sampai buah dadanya yang besar itu terlihat begitu indah dan montok,tampak menyembul, seperti mau keluar dari pakaiannya.

Pantatnya yg bulat dan kecil itu, terlihat begitu padat. Adik kecilku bahkan sempat menegang , karena melihat keseksian, keindahan, kemontokan tubuhnya, bahkan cara jalannya yang terlihat seperti di catwalk.

Dalam diriku tidak berhenti memuja tubuh yang sangat seksi itu, dan betapa nafsu laki-laki aku muncul, karena itu kali pertamanya aku melihat pemandangan yang begitu merangsang.

Jujur saja, aku sangat pengen meremas-remas dada dan bokongnya itu, tangan ku sudah gatal rasanya. Tapi aku masi bisa menahannya.

Penuh Basah

Setelah itu kami berkenalan, tangannya yang kecil itu begitu lembut. Dan dilanjutkan dengan makan siang bersama, kami berbincang-bincang dan menjadi dekat, karena tante Mitha orangnya gaul, jadi semua pembicaraan kami terasa nyambung. Selesai makan, kami diantar pulang ke kos oleh tante Mitha. Sayang sekali aku tidak menanyakan no hpnya.

Setalah hari itu, kami makin sering bertemu, karena tante Mitha sering mengajak kami pergi makan dan jalan-jalan. Dan aku menjadi semakin menginginkan untuk menikmati tubuhnya itu. Tante Mitha sering telpon-telponan denganku, kadang hanya untuk ngobrol saja, tapi tante Mitha lebih sering menelponi aku daripada anak angkatnya.

Bahkan sempat dia memintaku untuk menjadi anak angkatnya, tapi aku hanya menganggapnya basa-basi saja.

Tak terasa sudah berapa kali kami bertemu, dan akhirnya aku menjadi benar-benar akrab dengan tante Mitha.. dan tante Mitha mengajaku untuk menginap ditempatnya. Semula aku menolak, tapi tante Mitha tetap memaksa seperti anak yang manja, akhirnya aku terima ajakannya. Aku hanya pura-pura menolak, tapi sebenarnya aku mau menginap ditempatnya.

Penuh Basah

Malam itu, aku dan tante Mitha duduk-duduk di lantai teras rumahnya di lantai atas. Angin malam yang menyejukkan, dan suasana yang tenang, membuat kami merasa lebi santai. Ketika itu anak-anaknya sudah tidur. Karena aku dan tante Mitha sudah akrab, maka aku memberanikan diri bertanya-tanya sesuatu yang “nakal”.

“tante ngga ngerasa kesepian, kalau malem-malem ga ada yang temenin tidur.. hehe..”, candaku pada tante Mitha..

sebelumnya tante Mitha tampak terdiam tidak mau menjawab, hanya tertawa kecil, tapi akhirnya, “Nakal juga kamu ya..”

“emang sih kesepian.. tapi mau gimana.. ga ada yang menghibur.. “, lanjutnya dengan sedikit mengeluh.

“hahaha.. kalau tante bole.. aku mau menghibur tante..”, candaku lagi.

“haha.. emangnya kamu bisa apa.. belum ada pengalaman, trus ntar malah tante yang kecewa..”, tanyanya, sambil memancingku.

“iya.. tapi setidaknya aku pernah liat dan tau cara-cara ama posisi-posisi nya..”, candaku dengan sedikit menantang.

“yuk masuk aja.. tambah dingin aja nih di sini..”, ajaknya dan mengubah topik. Dan kami pun masuk kedalam.

Tante Mitha memintaku mengunci pintu, setelah selesai menguncinya, ternyata tante Mitha masih berdiri di sana. Kami bertatapan, cukup lama, tapi tidak berbicara satu katapun. Pikiran ku mulai kacau, dan berpikir yang tidak-tidak.

Penuh Basah

Benar saja, tiba-tiba tante Mitha memegang kedua tanganku, dan dengan senyuman nakal menarikku ke sebuah kamar, kamar yang disediakannya buatku selama aku menginap di tempatnya.

Aku didorong ke ranjang, dan terduduk diatas ranjang yang lebar itu. Tante Mitha langsung saja mendatangiku, meloncat dan duduk diatas pahaku, kedua tangannya memegang erat rambut belakangku. Dan dengan tiba-tiba tatapan matanya berubah menjadi tatapan nafsu yang sangat besar.

“Tunjukin ke tante kalau kamu emang tau cara-caranya..”, setelah itu langsung saja dia mencium bibirku dengan buasnya, tangannya yang memegang kepalaku bergerak-gerak memegangi dan menjambaki dengan kuat seluruh rambutku. Tubuh kami bergerak maju mundur mengikuti gerakan kepala kami.

Lidahnya bergerak-gerak dengan cepat di dalam mulutku, aku membalasnya dengan menggerak-gerakan lidahku juga. Ternyata saat itu aku baru sadar bahwa nafsu seks tante Mitha ternyata besar sekali, dapat kulihat dari caranya, bagaimana tante Mitha ingin melumat lidahku.

Ketika lidahku masuk dan meraba-raba rongga mulutnya, giginya mengigit-gigit dan mengisap-isap lidahku seperti mau menelannya bulat-bulat, kami seperti sedang bermain pedang-pedangan dengan lidah didalam mulut kami.

Penuh Basah

Aku sudah tidak berpikir apa-apa lagi, kecuali malam ini aku harus menikmati tubuh tante Mitha sampai puas, akan kulampiaskan semua nafsuku yang tertahan selama ini pada tante Mitha.

“emmm.. emmmm.. ssshhh..aaahh.. ssshh.. aaahh..”, suaranya mendesah.

Ketika sekali-sekali tante Mitha mengigit bibir bawahku, aku gigit pula bibir atasnya. Begitu juga ketika tante Mitha mengigit bibir atasku, maka aku menggigi bibir bawahnya.

Kupegang kedua pahanya, kuleus-elus bagian dalam serta luarnya, sampai akhirnya aku menaikan kedua tanganku dan mencengkram sekuat-kuatnya kedua pantatnya yang bulat itu.

“ahhh..”, teriakannya kecil.

Tangan kananku memeluk erat-erat pada pinggangnya yang ramping itu, sampai buah dadanya itu terjepit diantara tubuh kami. Karena aku ingin merasakan kedua buah dadanya menempel didadaku, Begitu besar, begitu empuk, dan betapa dapat kurasakan kedua putingnya mengeras di dadaku.

Penuh Basah

Tangan kiriku tetap memegang kedua pantatnya itu, kumasukkan tanganku kedalam celana karetnya, berulang kali aku meremas-remas pantatnya itu dengan kuat-kuat, lalu kuelus-elus dan kuraba-raba, “aaahh..”, suara itu yang sangat ingin aku dengar dari mulutnya.

Kontol Ku Ngaceng Emut Tante Mila

Akhirnya kumasukkan jari-jariku kedalam belahan kedua pantatnya. Dengan jari-jariku dapat kurasakan hangat disekitar lubang pantatnya itu. Aku bermain-main dengan jari-jariku dan aku gelitik-gelitik luang duburnya itu, dan terasa tubuhnya berkejut-kejut kegelian, tangan kanannya memegang kuat-kuat pergelangan tangan kiriku untuk menahan rasa geli jari-jariku di duburnya. Jariku dapat merasaka bagaimana duburnya mengejang kegelian.

Setelah cukup lama kami berciuman, tante Mitha melepaskan bibirku, lalu dia berdiri dan membuka baju, celana dan CDnya. Dan kulihat pemandangan yang begitu menakjubkan ketika tante Mitha mengangkat kedua tangannya, dadanya yang besar itu ikut terangkat, lalu turun dan begoyang-goyang, ahh… betapa beruntungnya aku dapat melihatnya dengan begitu dekat.

Aku tidak malu-malu lagi, maka kulepas juga semua pakaianku, sampai kami benar-benar telanjang bulat. Aku tak sempat melihat semua bagian tubuhnya, tapi yang pasti bulu-bulu di sekitar mem*k tante Mitha itu telah dicukur habis, membuat memeknya terlihat lebih bersih dan lebih indah.

“dicukur tante..?”, tanyaku, tante Mitha hanya membalas dengan senyuman dan tidak berkata apa-apa. Setelah itu kami lanjutkan lagi ciuman kami, semakin lama mulut kami semakin penuh dengan ludah kami yang telah bercampur, begitu kental, begitu nikmat, dan begitu banyak sampai menetes keluar dari sela-sela mulut kami, dan sampai aku merasa seperti sedang meminum segelas air ludah kenikmatan bersama-sama tante Mitha.

Penuh Basah

Tiba-tiba tante Mitha menyedot semua ludah-ludah itu kemulutnya dan melepas mulutku.

Dengan tatapan mata dan senyuman yang nakal, tante Mitha mengeluarkan air ludah itu, membiarkannya mengalir seperti air terjun, dari mulutnya ke dagunya, lehernya, membasahi dadaku dan dadanya, dan akhirnya turun sampai ke pangkal paha kami, membuat gesekan tubuh kami terasa menjadi lebih licin. Melihat itu, mulai kuarahkan kepalaku untuk menjilati air ludah, tapi tidak kutelan, mulai dari sudut-sudut bibirnya, lalu dagunya, lehernya, betapa air ludah itu terasa lebih nikmat, karena telah bercampur dengan keringat tante Mitha.

Kubungkukkan badanku sedikit, sehingga mendorong tubuh tante Mitha sedikit kebelakang, dan akhirnya mukaku sampai tepat didepan dadanya,

“besar banget tante..”, kataku spontan, aku tidak melihat matanya, tapi aku tahu kalau dia tertawa gembira. Kubaringkan badanya ke ranjang, tante Mitha dibawah dan aku diatas menindihnya. Lalu kuciumi, kusedot-sedot dan kugigit-gigit kecil puting susunya, tanganku meremas dadanya yang lain, jariku secara refleks mulai memutar-mutar dan mencubit-cubit kecil puting susunya.

“aaahh..”, desahnya.. Kubuka mulutku selebar-lebarnya dan dengan sedikit memaksa aku mencoba “memakan” dadanya sebanyak mungkin. Aku ingin “menelan” semua dadanya. Kuremas, Kugigit, kujilat dan kusedot, semua itu kulakukan berulang-ulang kali sampai aku puas.

“ssshhh..aahhh..aah..aah..”, desahannya semakin membuat nafsuku menggebu-gebu.

Setelah puas dengan dadanya, aku mulai turun menciumi perutnya, menjilat-jilat pusarnya, kedua tanganku tetap memegangi dadanya, tangan tante Mitha tetap memegang kepalaku, mengikuti kemana kepalaku bergerak.

Akhirnya aku sampai di depan mem*knya, yang ternyata sudah basah, aku mencium bau harum dan lembut dari memek dan disekitar pangkal pahanya.

Penuh Basah

Aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kujilat dan kugigit-gigit kecil kulit nya, aku memainkan lidahku dengan cepat di duburnya, naik-turun dari pantat, berulang-ulang sampai daerah itu basah oleh ludahku.

“aaaaaaaaahhhh..”, suara desahannya yang rendah, dan semakin kuat tante Mitha menjambak rambutku.

Kujilati memek nya seperti sedang menjilat es krim, es krim yang tidak akan pernah habis. Setelah itu aku belutut di ranjang dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, sehingga kedua lututnya berada di dekat dengan kepalanya, selama dalam posisi kepala dan kaki dibawah tapi pantatnya terangkat seperti itu, kedua tangannya hanya bisa memegang pantatnya, menarik kekanan dan kekiri, sehingga lubang vagina dan lubang pantatnya dapat kulihat dengan jelas.

Tangan kiriku memegang perutnya, dengan badan kutahan punggungnya supaya posisinya tidak berubah. Dan dengan jari tengah serta telunjuk tangan kanan, kumasukkan kedalam vaginanya, kedua jariku bermain-main, berputar kiri-kanan, dan keluar masuk dilobang vaginanya.

“aaaahh.. aaaahh..aaaahhh.. eennaaaakkk..”, kata tante Mitha sambil memejamkan mata, membuatku semakin bersemangat memainkan vaginanya.

“jangan berhentii, trussss. aaaahh”

Setelah cukup lama aku bermain-main dengan mem*knya, akhirnya tubuh tante Mitha seperti kejang-kejang, dan bergerak-gerak dengan cepat serta kuat, sampai aku sedikit kewalahan menahan posisinya.

“aaaah..aaaa..aaaaaaaaaaaaahh..”, kata tante Mitha, sembari tubuhnya mengejang-ngejang, lalu keluar cairan putih kental yang cukup banyak dari dalam vaginanya, membasahi tanganku dan daguku, dan menyebar ke dadaku dan perutnya, aku tidak tahu cairan apa itu, baunya pun tidak begitu sedap.

“haah.. hah.. hah..hah..”, suaranya kecapekan, disertai keringat yang bercucuran dan tubuhnya mulai melemas. Tangannya pun jatuh terkulai keranjang, tante Mitha terlihat seperti orang yang sudah KO.

“Jilatin franss, jilatin yaa.. sampe bersih”, kata tante Mitha dengan manja.. Semula aku tidak mau, tapi setelah mendengar permintaan manja tante Mitha, akhirnya kulakukan juga. Padahal penisku saja belum kumasukan kedalam vaginanya, tapi tante Mitha sudah kecapekan. Tapi aku juga sebenernya sudah kecapekan berada di posisi seperti itu, tanganku sudah pegal-pegal, tapi nafsu dan semangatku masih besar, karena aku belom puas, jadi tidak boleh putus di tengah jalan.

“hahh.. franss.. jari kamu bener-bener nakal..”, katanya

terengah-engah.

“sini frans..”, panggilnya sambil menarik kepalaku mendekat ke mukanya.

Kontol Ku Ngaceng Emut Tante Mila

Dengan begitu aku menindih badannya, dadanya yang besar itu mengganjal tubuhku, dan kubiarkan juga penisku terjepit diantara tubuh kami. Aku dapat merasakan detak jantungnnya, desahan nafasnya yang telah kecapekan. Kedua tangannya melingkar memeluk leherku, kakinya juga

Penuh Basah

mengangkat dan melipat di punggungku. Tanganku memegang pinggangnya, meraba-raba dari atas ke bawah, dan satunya lagi mengelu-elus rambutnya yang panjang dan terurai itu. Tubuhnya benar-benar dibasahi oleh keringat.

Aku sengaja menggerakkan tubuhku maju-mundur, sengaja membuat penisku yang masih tegang itu mengosok-gosok mem*knya, sengaja kuraba-raba pinggiran dadanya yang ikut berbergerak maju mundur, kulakukan supaya dapat membuatnya bernafsu lagi.

“frans, tante suka banget cara lu ngobokin vagina tante..”, kata tante Mitha memjuaku.

“jadi gimana.. tante puas ga..”, tanyaku.

“puas banget.. baru begitu aja tante uda kecapekan..”, katanya sambil memegang pipiku dan menatap mataku dalam-dalam.

“tapi tenang aja.. tante masi kuat kok..”, lanjutnya menggoda.

Tanpa banyak bicara lagi, langsung saja aku mencium bibirnya.. Petandan mulainya ronde kedua.

“hhmmppp… hmmppp.. hemmmpp…”, desahannya menjukkan bahwa tante Mitha masih bernafsu. Perlahan-lahan aku mulai merasakan putingnya mengeras kembali didadaku, tangan dan kakinya memeluk tubuhku dengan lebih erat.

Tampaknya memang benar, nasfu dan stamina tante Mitha sudah kembali. Cukup berapa menit saja, dan air ludah mulai memenuhi mulut kami.

Tante Mitha mendorong tubuhku kesamping, dan kamipun berganti posisi, aku dibawah dan tante Mitha diatas. Disedotnya kembali semua air ludah itu, perlahan-lahan tante Mitha menegakkan badannya.

Tante Mitha pun melakukan hal tadi, mengeluarkan air ludah itu sedikit demi sedikit ke dadaku,perutku, lalu akhirnya membanjiri tubuhnya sendiri, air ludah itu terus turun dengan cepat sampai membasahi penisku yang berada terjepit diantara bagian dalam pangkal pahanya dan tubuhku.

Dengan senyuman dan tatapan mata nakal, tante Mitha memundurkan tubuhnya, lalu membungkuk, sambil memegang penisku, tante Mitha menumpahkan sisa air ludah itu ke penisku.

“wow.. lumayan juga punya kamu yaa…”, katanya dengan bernafsu, sambil memegang erat penisku.

“tadi sudah giliran kamu.. sekarang giliran tante buat kamu

kecapekan..”, setelah itu, tante Mitha mulai mengecup kepala penisku.

Tangan yang satunya memegang, memainkan dan menekan-nekan, bahkan kadang digenggamnya dengan kuat buah pelirku.

“Aaah…”, kataku karena rasa nyeri di buah pelirku.


Dengan posisi kakiku yang terbuka lebar, tanpa banyak bicara lagi, tante Mitha dengan tatapan nakalnya mulai menjilati dari pangkal batang sampai keujung penisku. Tanganku memegangi rambutnya, karena aku ingin melihat pemandangan yang tak ingin aku lewati, bagaimana tante Mitha menjilati penisku dengan nafsunya. Digititnya kecil ujung penisku, rasanya geli sekali. Dikulum-kulumnya penisku, dijilatnya seperti sedang menjilat batang eskrim kenikmatan yang tidak akan pernah habis.

Sekarang giliran buah pelirku ikut di”makan”nya, dimasukkan kedalam mulutnya bersama dengan bulu-buluku. Lidahnya bermain dengan cepat didalam mulutnya, sesekali pelirku seperti sedang dikunyah oleh tante Mitha. “aaahh..”, teriakku kecil, menahan sakit.

Penisku sudah basah sekali oleh air ludah tante Mitha, nafsunya seperti sudah tidak tertahan lagi. Penisku terasa panas gara-gara bergesekan dengan mulut dan tangannya. Kepalanya naik turun dengan cepat diikuti dengan tangannya. Sesekali kepala penisku ditarik dengan kuat oleh giginya. Geli sekali.

Cukup lama tante Mitha bermain-main dengan penisku, kira-kira hampir setengah jam, akhirnya aku sudah tidak tahan lagi.

“aaaaa.. tanteeeee…”, teriakku panjang.

Mendengar seperti itu, tante Mitha makin mempercepat gerakan mulut dan tangannya. Otot kakiku sudah mengejang menahannya, akhirnya.. crrttt.. crrttt.. keluar juga spermaku. Tante Mitha tidak mengeluarkan penisku dari mulutnya, dengan nafsu tante Mitha menjilati semua spermaku, tidak dibiarkannya setetespun mengalir keluar.



Semuanya ditelan tanpa sisa, bahkan penisku masi disedot-sedotnya. Begitu bernafsunya sampai tante Mitha terlihat seperti wanita yang benar-benar kehausan akan spermaku.

“aaahh.. punya kamu hangat sekali rasanya.. nikmat banget..”, kata tante Mitha.

“ha ha.. sekarang kita satu sama..”, lanjutnya dengan gembira, sambil menindih badanku.

Kami berpelukan diranjang, meraba-raba tubuh. Kuelus pahanya yang mulus, sedangkan tante Mitha mengelus-elus perut dan dadaku. Kami bertatapan dan memuji.

“enak sekali tante.. tante jago banget..”, kataku, menikmati bagaimana enaknya pengalaman dioral oleh seorang wanita cantik.

“kamu juga hebat.. tante suka de sama kamu.. bisa tahan selama itu…”, balasnya nakal.

Aku begitu lelah, rasanya sudah tidak ada tenaga lagi. Aku melihat tante Mitha, tampaknya ia juga dalam keadaan yang sama denganku.

Tak banyak bicara, tante Mitha mengecup dahiku.

“kita bobo dulu aja ya sekarang.. tante pengen lanjut tapi lemes banget rasanya..”, katanya.

“iya tante.. aku juga capek banget.. tante emang top..”, balasku.

Tampak tante Mitha tersipu malu dan tertawa kecil. Sebenernya nafsuku masih besar, tapi keadaan tubuhku tidak memungkinkan. Aku juga tidak mau memaksa tante Mitha yang sudah sangat kecapekan.

Begitu lemas, akhirnya kami tidur berpelukan, menghangatkan. Kupeluk erat-erat tubuh tante Mitha seperti sedang memeluk bantal, aku masih ingin merasakan dadanya yang besar itu. Dengan pahanya tante Mitha mengelus-elus pahaku. Aku merasa senang sekali mesikpun aku tidak puas malam itu.



Link Daftar Klik Di Bawah ini
Share:

Rabu, 29 Mei 2019

Ngentot Memek Tembem Tante Vivi

Penuh Basah

Ngentot Memek Tembem Tante Vivi

Namaku Bramanto. Sekarang saya berkerja di salah satu perusahaan telekomunikasi di daerah kuningan Jakarta. Dulu aku tinggal bersama kedua orang tuaku di sebuah kompleks tentara yang amat membosankan sehingga aku memutuskan untuk mandiri dengan menghuni apartemen milik dari saudaraku yang baru menikah sehingga dia di boyong oleh suaminya ke Surabaya.

Hari pertama aku menghuni aku lapor dengan Ketua Perhimpunan Pengurus Apartemen dimana aku tinggal beliau kebetulan tinggal di lantai 12 sedangkan aku di lantai 11. Setelah melapor aku dimohon bantuannya untuk menjaga kebetulan adik perempuan beliau tinggal di sebelahku yaitu Tante Vivi.

Hari kedua aku mencoba untuk berkenalan dengan Tante Vivi, ternyata beliau tidak terlalu tua, kelihatannya sekitar 38 - 40 tahunan. Orangnya ramah dan baik sekali. Yang aku heran sampai umur segitu beliau belum menikah, mungkin punya masalah dengan karir karena aku melihat mobilnya ada dua yaitu Toyota Alphard dan Toyota Camry.



Tante Vivi begitu aku memanggilnya memiliki 2 pembantu dan seorang sopir yang telah melayani beliau selama 3 tahun di Apartemen itu.

Berikut adalah pengalamanku diwaktu tidak terduga dimana aku dititipkan kunci apartemen oleh beliau karena semua pembantu dan sopirnya cuti lebaran, sehingga beliau tingal di rumah kakaknya di lantai 12,

Sekedar gambaran, Tante Vivi mempunyai tinggi badan sekitar 165 cm, mempunyai pinggul yang besar, buah pantat yang bulat, pinggang yang ramping, dan perut yang agak rata (ini dikarenakan senam aerobic, fitness, dan renang yang diikutinya secara berkala), dengan didukung oleh buah dada yang besar dan bulat (belakangan saya baru tahu bahwa Tante Vivi memakai Bra ukuran 36B untuk menutupinya).
Penuh Basah

Dengan wajah yang seksi menantang dan warna kulit yang putih bersih, wajarlah jika Tante Vivi menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun lelaki hidung belang.

Hingga pada suatu sore, saat saya pulang kerja saya mendengar ada ketukan pintu di apartemenku , kemudian saya intip dari lubang pintu ternyata Tante Vivi.

“eh ya ada apa tante” kataku sambil membuka pintu.

“Ngga Bram ada surat atau tagihan kartu kreditku ngga dari Front Office depan?” jawan tante Vivi.

“Sepertinya ngga ada tante” jawabku

“Eh aku numpang ke kamar mandimu ya” sambil meringis, mungkin dia udah kebelet pipis he he he.

“silahkan tan tapi kamar mandinya ngga sebersih punya tante lho maklum bujangan” kataku sambil tertawa.

”Nggak apa-apa” jawabnya.

baru aku sadar bahwa si tante vivi memakai baju training tipis mungkin baru lari atau fitness di lantai 2.
Penuh Basah

“Abis lari ya tan” tanyaku

“Iya tapi nyari kamar mandi susah mana liftnya lama lagi” ujar tante vivi sambil ngeloyor ke kamar mandiku.

Sambil jalan ke dapur aku berfikir kok kayaknya ada yang salah ya dengan membiarkan si tante ke kamar mandi tapi apa ya?. Ya ampun tadi khan aku lagi nonton BF di laptop memang kebetulan mau coli sih maklum belum ada pasangan/pacar. Wah mati gue ketahuan dah sama tante vivi. Ah bodo amat bodo amat kaya dia ngga pernah muda aja.

Begitu keluar dari kamar mandi si tante senyum-senyum, wah malu deh aku.

“Hayo kamu tadi lagi ngapain Bram? tanya si tante.

“Ngga ngapa-ngapain kok tan” jawabku sambil menunduk kebawah, Malu cing.

Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya.

“Bram..” katanya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit ragu-ragu.

“Ya Tante..?” Jawab saya.

“Eee.. nggak jadi deh..” Jawabnya ragu-ragu.

“Ada yang bisa saya bantu, Tante..? Tanya saya agak bingung karena melihat keragu-raguannya.

“Eee.. nggak kok. Tante cuma mau nanya..” jawabnya dengan ragu-ragu lagi.

“Kamu sering ya nonton film itu di kamar mandi..?” tanya dia.

“Iya sih tan. Maklum tan belum punya pasangan..?” jawab ku terpaksa.

“Terus pake sabun ya ? he he he kata tante vivi sambil tertawa

“Iya tan, udah ah aku tengsin nih malu ditanya terus” Tegasku sambil ngomel.

“Jangan marah dong , biasa lagi bujangan yang penting jangan main pelacur, jorok nanti kena penyakit” jawab tante vivi.

“Eee.. mau dibantuin Tante nggak..? sambungnya

“Maksud tante? Tanya ku wah ibarat ada lanjutan dari film ku tadi nih. Kayaknya si tante horni abis.

” Iya kamu nonton bareng tante khan biar ngga malu lagi” sambil melayang tangan tante vivi ke selangkangan ku.

“sana ambil laptop mu”


Ngentot Memek Tembem Tante Vivi

Asik banget dah pikirku tanpa tendeng aling-aling aku berlari kekamar mandi dan membawa keluar laptop itu.

Penuh Basah

Kemudian aku setel lebih dulu film yang tadi saya tonton dan belum habis. Beberapa menit kemudian Tante vivi duduk disebelahku sambil membawa teh panas dengan wangi tubuh yang segar.

Saya selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih terbalut baju training dan kemudian beliau melepas atasannya sehingga terlihat tanktop tipis biru muda yang agak menerawang tersebut, sehingga dengan leluasa mata saya melihat puncak buah dadanya karena dia tidak memakai Bra. Tanpa kusadari, di antara degupan jantungku yang terasa mulai keras dan kencang, kejantananku juga sudah mulai menegang.

Dengan santai dia duduk tepat di sebelahku, dan ikut menonton film BF yang sedang berlangsung.

“Cakep-cakep juga yang main..” akhirnya dia memberi komentarnya.

“Dari kapan Bram mulai nonton film beginian..? tanyanya.

“Udah dari dulu Tante..” kataku.

“Mainnya juga bagus dan tidak kasar. Bram udah tahu rasanya belum..? tanya dia lagi.

“Ya sempet sih tan waktu di rumah sakit sama suster”

“Wah enak dong lagi sakit di servis suster”

“Iya tapi udah lama tan udah lupa rasanya, tapi kata temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau ngajarin saya yah? Kalau iya boleh juga sih”, kataku.

“Ah Bram ini kok jadi nakal yah sekarang”, katanya sambil mencubit lenganku.

“Tapi bolehlah nanti Tante ajarin biar kamu tahu rasanya”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku dengan agak menantang.

Penuh Basah

Tidak lama berselang, tiba-tiba Tante Vivi menyenderkan kepalanya ke bahuku. Seketika itu pula aku langsung membara. Tapi aku hanya bisa pasrah saja oleh perlakuannya. Sebentar kemudian tangan Tante Vivi sudah mulai mengusap-ngusap daerah tubuhku sekitar dada dan perut.

Rangsangan yang ditimbulkan dari usapannya cukup membuat aku nervous karena itu adalah kali pertama aku diperlakukan oleh seorang wanita yang usianya diatasku. Kejantananku sudah mulai semakin berdenyut-denyut siap bertempur.

Kemudian Tante Vivi mulai menciumi leherku, lalu turun ke bawah sampai dadaku. Sampai di daerah dada, dia menjilat-jilat ujung dadaku, secara bergantian kanan dan kiri. Tangan kanan Tante Vivi juga sudah mulai masuk ke dalam celanaku, dan mulai mengusap-usap kejantananku.

Karena dalam keadaan yang sudah sangat terangsang, aku mulai memberanikan diri untuk meraba celana yang dia pakai. Aku remas payudaranya dari luar tanktop, dan aku remas-remas, terkadang aku juga mengusap ujung-ujung tersebut dengan ujung jariku.
“Ssshh.. ya situ Bram..” katanya setengah berbisik. “Ssshh.. oohh..”

Tiba-tiba dia memaksa lepas celana pendekku, dan diusapnya kejantananku. Akhirnya bibir kami saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat membara. Dan dia mulai menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku.

Sambil berciuman tanganku mulai bergerilya melalui celana trainingnya yang aku pelorotkan ke bawah sampai pada permukaan celana dalamnya, yang rupanya sudah mulai menghangat dan agak lembab. Aku melepaskan celana dalam Tante Vivi.

Satu persatu kami membuka baju, sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat. Kutempelkan jariku di ujung atas permukaan kemaluannya. Dia kelihatan agak kaget ketika merasakan jariku bermain di daerah seputar klitorisnya. Lama kelamaan Aku masukkan satu jariku, lalu jari kedua. “Aaahh.. sshh.. oohh.. terus Bram.. terus..” bisik Tante Vivi.

Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya terlihat agak bergetar.
“Ya.. terus Bram.. terus.. aahh.. sshh.. oohh.. aahh.. terus.. sebentar lagi.. teruuss.. oohh.. aahh.. aarrgghh..” kata Tante Vivi.

Ngentot Memek Tembem Tante Vivi

Seketika itu pula dia memeluk tubuhku dengan sangat erat sambil menciumku dengan penuh nafsu. Aku merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian baru aku tahu bahwa dia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan terkulainya tubuh Tante Vivi yang terlihat sangat lemas di sofa.

“Saya kapan Tante, kan saya belum..?” Rujukku.

“Nanti dulu yah sayang, sebentar.. beri Tante waktu untuk istirahat sebentar aja”, kata Tante Vivi.

Penuh Basah

Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir kemaluannya sampai mengenai klitorisnya, aku dekati payudaranya yang menantang itu sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas payudara yang satunya. Sehingga rupanya Tante Vivi juga tidak tahan menerima paksaan rangsangan-rangsangan yang kulakukan terhadapnya. Sehingga sesekali terdengar suara erangan dan desisan dari mulutnya yang seksi.

Aku usap-usapkan kejantananku yang sudah sangat amat tegang di bibir kemaluannya sebelah atas. Sehingga kemudian dengan terpaksa dia membimbing batang kemaluanku menuju lubang kemaluannya. Pelan-pelan saya dorong kejantananku agar masuk semua.

Kepala kejantananku mulai menyentuh bibir kewanitaan Tante Vivi.
“Ssshh..” rasanya benar-benar tidak bisa kubayangkan sebelumnya.
Lalu Tante Vivi mulai menyuruhku untuk memasukan kejantananku ke liang kewanitaannya lebih dalam dan pelan-pelan.
“Aaahh..” baru masuk kepalanya saja aku sudah tidak tahan, lalu Tante Vivi mulai menarik pantatku ke bawah, supaya batang kejantananku yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam.

Bagian dalam kewanitaannya sudah terasa agak licin dan basah, tapi masih agak seret, mungkin karena sudah lama tidak dipergunakan. Namun Tante Vivi tetap memaksakannya masuk.

“Aaagghh..Bram ” rasanya memang benar-benar luar biasa walaupun kejantananku agak sedikit terasa ngilu, tapi nikmatnya luar biasa. Lalu terdengar suara erangan Tante Vivi.

Lalu Tante Vivi mulai menyuruhku untuk menggerakkan kemaluanku di dalam kewanitaannya, yang membuatku semakin gila. Ia sendiri pun mengerang-ngerang dan mendesah tak karuan. Beberapa menit kami begitu hingga suatu saat, seperti ada sesuatu yang membuat liang kewanitaannya bertambah licin, dan makin lama.

Penuh Basah

Tante Vivi terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya.

Dan tiba-tiba kemaluanku terasa seperti disedot oleh liang kewanitaan Tante Vivi, yang tiba-tiba dinding-dinding kewanitaannya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali.

Aduuh.. kalau begini aku makin tidak tahan dan..
“Aaarrgghh.. sayaang.. Tante keluar lagii..” jeritnya dengan keras, dan makin basahlah di dalam kewanitaan Tante Vivi, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Dan akhirnya Tante Vivi terkulai lemas, tapi kejantananku masih tetap tertancap dengan mantap.

Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa. Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan lidahku.

“Ssshh.. shh..” desahan Tante Titik sudah mulai terdengar lagi.

Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Aku mencoba untuk menusukkan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya, pelan tapi pasti.

Kepala Tante Vivi agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul.

Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam. Kejantananku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam kewanitaan Tante Vivi, lalu aku mulai menggerakkan kejantananku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat. Dengan gaya seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya konvensional yang tadi.

Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan seksi. “Ssshh.. aarrgghh.. oohh.. terus Bram.. terus.. aarrgghh.. oohh..” Tante Vivi terus mengerang.

Beberapa menit berlalu, kemudian Tante Vivi merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantalan sofa dengan sangat erat.

Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada sofa itu sambil lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas. Dan aku merasa kejantananku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun. Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti menggerakkan pinggulku terus.
Penuh Basah

Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam buah pantat Tante Vivi dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang kewanitaan Tante Vivi.

Tubuhku terasa sangat lemas sekali. Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan kejantananku dari liang nikmat milik Tante Vivi.

Dengan raca kecapaian yang luar biasa Tante Vivi membalikkan tubuhnya dan duduk di sampingku sambil menatap tajam mataku dengan mulut yang agak terbuka, sambil tangan kanannya menutupi permukaan kemaluannya.

“Wah kok ngga ditarik sih Bram, nanti aku hamil lho..? tanyanya dengan suara yang agak bergetar.

“Maaf tan aku lupa abis keenakan sih” jawabku

“Ya sudahlah.. tapi lain kali kalau sudah kerasa kayak tadi itu langsung buru-buru dicabut dan dikeluarkan di luar ya..?” katanya menenangkan diriku yang terlihat takut.

“I.. iiya Tante..” jawabku sambil menunduk.

“Ya santai aja aku sebenarnya udah minum pil kok Bram” jawan Tante Vivi.

Wah rupanya nih tante udah pengalaman dalam hal beginian, tapi ngga apa-apa dah gua belagak culun aja.

Kemudian kami berpelukan di sofa, dan melakukan perbuatan itu sekali lagi tapi di kamar mandi. Doggie style terus bro.


IniDomino | Poker Domino QQ | Ceme Judi Domino QQ | Domino QQ Online | Agen Poker | Judi Poker | Poker Online | Agen BlackJack |

Share:

Senin, 27 Mei 2019

Tante Jovita Senang Bermain Dengan Kontol Ku

Penuh Basah

Tante Jovita Senang Bermain Dengan Kontol Ku

Sewaktu orang tua saya sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Jovita, yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal di rumah menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Jovita akan menginap di rumahku sendirian.

Tante Jovita badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakaian dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Jovita. Biasanya, setiap ada kesempatan saya suka memainkan kemaluanku sendirian.

Dewa757.com Agen Poker Domino QQCeme BlackJack Online Indonesia

Tapi belum pernah sampai keluar, waktu itu saya masih belum mengerti apa-apa, hanya karena rasanya nikmat. Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Jovita juga belum datang. Setelah pulang sekolah, saya ke kamar tidurku sendirian memijit-mijit kemaluanku sembari menghayalkan tubuh Tante Jovita yang seksi

Kubayangkan seperti yang pernah kulihat di majalah porno dari teman-temankuku di sekolah. Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa kusadari Tante Jovita sudah tiba di rumahku dan tiba-tiba membuka pintu kamarku yang lupa kukunci. Dia sedikit tercengang waktu melihatku berbaring diatas ranjang telanjang bulat, sembari memegangi kemaluanku yang berdiri. Aduh malunya setengah mati, ketangkap basah lagi mainin kontol.

Penuh Basah


“Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya sendiri” ujarnya. Saya tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu. Tante Jovita lalu menambah, “Kamu terusin saja mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok”.

“Tidak apa-apa kan kalau Tante turut melihat permainanmu”, sembari melirik menggoda, dia kembali berkata “Kalau kamu mau, Tante bisa tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu, Asan.”, tambahnya sembari mendekatiku. “Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja”. Saya tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya mengangguk kecil walaupun saya tidak begitu mengerti apa maksudnya.



Tante Jovita pergi ke kamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali ke kamarku. Lalu dia berlutut di hadapanku. Bantalku diangkat perlahan-lahan, dan saking takutnya kemaluanku segera mengecil dan segera kututupi dengan kedua telapak tanganku.

“Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan berhati-hati deh”, katanya sembari membujukku. Tanganku dibuka dan mata Tante Jovita mulai turun ke bawah kearah selangkanganku dan memperhatikan kemaluanku yang mengecil dengan teliti.

Dengan perlahan-lahan dia memegang kemaluanku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya, dengan tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil itu di kepala kemaluanku, senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik.

Penuh Basah

“Tante pakein ini supaya sedikit licin, kamu pasti suka deh” katanya sembari mengedipkan sebelah matanya.

Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluanku, apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat. “Jangan takut Asan., kamu rebahan saja”, ujarnya membujukku.

Tante Jovita Senang Bermain Dengan Kontol Ku

Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan, saya mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya sangat mahir memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluanku bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih nikmat dari sentuhan tanganku sendiri.

“Lihat itu sudah mulai membesar kembali”, kemudian Tante Jovita melumuri Baby Oil itu ke seluruh batang kemaluanku yang mulai menegang dan kedua bijinya. Kemudian Tante Jovita mulai mengocok kemaluanku digenggamannya perlahan-lahan sambil membuka lebar kedua pahaku dan mengusap bijiku yang mulai panas membara.

Penuh Basah

Kemaluanku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka Tante Jovita yang cantik. Perlahan Tante Jovita mendekati mukanya kearah selangkanganku, seperti sedang mempelajarinya. Terasa napasnya yang hangat berhembus di paha dan di bijiku dengan halus. Saya hampir tidak bisa percaya, Tante Jovita yang baru saja kukhayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku.

Setelah kira-kira lima menit kemudian, saya tidak dapat menahan rasa geli dari godaan jari-jari tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja di ranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Jovita yang licin dan berminyak. Belum pernah saya merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat ditengah-tengah selangkanganku.

Mendadak Tante Jovita kembali berkata, “Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap saja yah”. Saya tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan tiba-tiba Tante Jovita mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluanku lalu menyusupinya perlahan ke dalam mulutnya.

Penuh Basah

Hampir saja saya melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, saya tidak tahu harus berbuat apa, kecuali menekan pantatku keras ke dalam ranjang. Tangannya segera disusupkan ke bawah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan dari atas ranjang.

Kemaluanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke dalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah.

Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku. Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluanku, saya berasa geli setengah mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya.

Penuh Basah

Sekali-sekali Tante Jovita juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Dan perlahan turun ke bawah menjilat lubang pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Saya hanya dapat berpegangan erat ke bantalku, sembari mencoba menahan rintihanku.

Kudekap mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang saya hendak menjerit. Napasku tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang, kepala saya mulai pening dari kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku.



Mendadak kurasa kemaluanku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulku kebelakang. Dengan seketika, kemaluanku seperti mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat ke muka dan ke rambut Tante Jovita.

Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Saya tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Saya merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat besar. Dengan napas yang terengah-engah, saya meminta maaf kepada Tante Jovita atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk menatap wajahnya.

Tante Jovita Senang Bermain Dengan Kontol Ku

Tetapi Tante Jovita hanya tersenyum lebar, dan berkata “Tidak apa-apa kok, ini memang harus begini”, kembali dia menjilati cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih. “Tante suka kok, rasanya sedap”, tambahnya.

Penuh Basah

Dengan penuh pengertian Tante Jovita menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-sekali. Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk kecil basah dan menciumku dengan lembut dikeningku.

Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu-malu saya bertanya, “Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?”. Tante Jovita menjawab “Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda”. Dan Tante Jovita berkata yang kalau saya mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja saya bilang yang saya mau menyaksikannya.

Kemudian jari-jari tangan Tante Jovita yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing-kancing bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Jovita memegang kedua tanganku dan meletakannya di atas buah dadanya. Rasanya empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras.

Putingnya warna coklat tua dan agak besar. Tante Jovita memintaku untuk menyentuhnya. Karena belum ada pengalaman apa-apa, saya pencet saja dengan kasar. Tante Jovita kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya perlahan-lahan.


Link Daftar Klik Di Bawah ini
ISIKAN KODE REFFERAL "DOMINOO757"
Share:

Minggu, 26 Mei 2019

KiosCasino